Kelas 12Kelas 11Kelas 10mathMatematika Ekonomi Dan Bisnis
Petani di Indonesia mengenal tiga jenis jagung, yaitu jenis
Pertanyaan
Jika hasil tanam benih jagung komposit dan hibrida tidak jauh berbeda, yaitu 12 ton/ha, jelaskan apakah dalam 3 ha jumlah keuntungan kotor menanam jagung komposit lebih dari 2 kali jagung hibrida, dengan mempertimbangkan informasi mengenai biaya bibit dan kebutuhan petani?
Solusi
Verified
Salah. Keuntungan kotor jagung komposit sedikit lebih besar, bukan lebih dari 2 kali lipat.
Pembahasan
Petani di Indonesia mengenal tiga jenis jagung: komposit (lokal), hibrida, dan transgenik. Keluhan utama petani terhadap jagung hibrida adalah harganya yang 20 kali lipat lebih mahal dari jagung biasa, serta persentase hasil panen yang kecil untuk ditanam kembali. Hal ini menciptakan ketergantungan pada bibit hibrida pabrikan. KOBETA melakukan eksperimen untuk menghasilkan bibit jagung unggulan dari jenis komposit lokal dengan kualitas setara. Langkah-langkahnya meliputi pemilihan benih unggul, pengeringan alami, pemipilan selektif, pengeringan matahari terkontrol, perendaman dengan kunyit dan air beras, serta pengeringan akhir. Masa simpan benih bervariasi tergantung kadar air: 8% bertahan 16 bulan, 10% bertahan 14 bulan, dan 12% bertahan 10 bulan. Kadar air di atas 12% tidak disarankan. Rata-rata 90% benih dapat tumbuh. Kebutuhan bibit per hektar adalah 25 kg (pes), berisi 2.300-3.000 biji. Harga 1 pes benih lokal di KOBETA adalah Rp20.000,00. Jika hasil panen jagung komposit dan hibrida sama (12 ton/ha), mari kita analisis keuntungan kotor dalam 3 hektar: Asumsi: * Harga jagung petani (normal): Rp4.000/kg * Harga bibit jagung hibrida: 20 x Rp4.000/kg = Rp80.000/kg (Ini adalah asumsi harga bibit hibrida berdasarkan harga jagung normal, namun teks asli hanya menyatakan '20 kali lipat dari harga beli jagung normal hasil panen petani', tanpa menyebut harga per kg bibit hibrida. Kita akan gunakan harga bibit hibrida yang lebih masuk akal berdasarkan informasi umum, yaitu lebih mahal per kilogram dari jagung konsumsi). * Harga 1 pes bibit komposit (KOBETA): Rp20.000 * Berat 1 pes bibit komposit: Diasumsikan 1 kg (berdasarkan kebutuhan 25 kg/ha, dan 1 pes Rp20.000, ini cukup masuk akal). * Kebutuhan bibit komposit per hektar: 25 kg * Hasil panen per hektar: 12 ton = 12.000 kg Perhitungan: 1. **Jagung Komposit (3 hektar):** * Kebutuhan bibit: 3 ha * 25 kg/ha = 75 kg * Biaya bibit: 75 kg * Rp20.000/kg (asumsi 1 pes = 1 kg) = Rp1.500.000 * Total hasil panen: 3 ha * 12.000 kg/ha = 36.000 kg * Keuntungan kotor: 36.000 kg * Rp4.000/kg - Rp1.500.000 = Rp144.000.000 - Rp1.500.000 = Rp142.500.000 2. **Jagung Hibrida (3 hektar):** * Kita perlu mengasumsikan harga bibit jagung hibrida. Jika bibit hibrida 20 kali lipat harga jagung normal Rp4.000/kg, maka Rp80.000/kg. Kebutuhan bibit hibrida per hektar biasanya lebih rendah dari komposit, katakanlah 15 kg/ha (ini adalah asumsi karena tidak disebutkan dalam teks). * Kebutuhan bibit: 3 ha * 15 kg/ha = 45 kg * Biaya bibit: 45 kg * Rp80.000/kg = Rp3.600.000 * Total hasil panen: 3 ha * 12.000 kg/ha = 36.000 kg * Keuntungan kotor: 36.000 kg * Rp4.000/kg - Rp3.600.000 = Rp144.000.000 - Rp3.600.000 = Rp140.400.000 Perbandingan Keuntungan Kotor: * Keuntungan komposit: Rp142.500.000 * Keuntungan hibrida: Rp140.400.000 Kesimpulan: Keuntungan kotor menanam jagung komposit (Rp142.500.000) lebih besar dari jagung hibrida (Rp140.400.000). Pernyataan bahwa keuntungan kotor menanam jagung komposit lebih dari 2 kali jagung hibrida adalah **Salah**. Keuntungan komposit hanya sedikit lebih besar.
Buka akses pembahasan jawaban
Topik: Perbandingan Investasi, Analisis Biaya Dan Keuntungan
Section: Analisis Perbandingan, Perhitungan Keuntungan Kotor
Apakah jawaban ini membantu?